Kamu dan pasangan ingin mempunyai rumah sendiri? Banyak pasangan muda yang mendambakan ingin memiliki rumah sendiri. Siapa sih yang tidak mau punya istana sendiri dan tak selamanya menumpang dengan orang tua? Kini ada dua cara umumnya dipilih orang, membeli rumah yang siap pakai atau membangun rumah sendiri.
Pertanyaannya, manakah yang lebih terjangkau membangun rumah atau membeli rumah? Untuk menjawabnya, kita perlu menimbang kondisi finansial rumah tangga.
Bila keuangan belum mencukupi, kita bisa mengajukan pinjaman ke bank dengan mengambil kredit pemilikan rumah (KPR). Sebelum memutuskan mana alternatif yang terbaik untuk kamu dan pasangan, ada baiknya kita menghitung secara anggaran biaya membangun rumah.
Ulasan berikut ini akan menjelaskan secara garis besar apa saja hal yang harus diperhatikan saat memutuskan membangun rumah, dan pengeluaran apa saja yang dibutuhkan untuk membangun pondasi rumah sebaiknya catat di buku kas agar lebih terperinci bila ada sewaktu-waktu dana yang sudah dianggarkan kurang bisa di cek kembali.
Disamping itu, bila ingin bekerja sama dengan kontraktor, kamu dapat berkonsultasi terlebih dulu mengenai dana yang dimiliki. Namun sebelumnya, sebaiknya jika sudah memiliki desain dan sudah tahu cara membaca gambar kerja, ya.
Baca juga: Lebih Baik Tinggal di Apartemen atau Rumah? Ini jawabannya
Ingin membangun rumah dengan memanfaatkan budget yang kamu miliki? Berikut hal-hal penting yang harus kamu pikirkan terlebih dahulu.
1. Luas tanah dan bahan bangunan
Misalnya kamu memiliki tanah seluas 60 meter dan ingin membangun rumah tipe 21/60, biaya yang perlu disediakan untuk membeli bahan pondasi ruma berkisar Rp120.000.000.
Selanjutnya, perkiraan juuga mengenai biaya bangunan untuk pembelian material, seperti pasir, batu bata, semen, genteng, keramik, dan sebagainya.
Untuk yang satu ini, kamu perlu mengomunikasikan dengan tukang apa saja material yang menjadi kebutuhan bila menggunakan sistem harian.
Andaikan saja lebih memilih sistem borongan penuh perhatikan juga biaya yang perlu dikeluarkan dengan harga borongan penuh Rp3 juta per meter persegi = 21 x 3.000.000 = Rp63.000.000.
Jadi, total biaya membangun pondasi rumah dan bahan materialnya Rp.120.000.000 + Rp 63.000.000 = Rp. 183.000.000
2. Menghitung Upah Pekerja Bangunan
Jangan lupa untuk menganggarkan untuk membayar upah pekerja. Bisa dengan sistem upah harian, upah borongan penuh atau upah borongan jasa.
Tiap upah pekerja berbeda antara satu kota dan lainnya, sesuai dengan berapa besar biaya hidup standar di kota itu. Besar kecilnya upah juga ditentukan oleh ketrampilan pekerja dan jenis pekerjaan.
Mulai dari penggalian tanah untuk pondasi, pemasangan batu bata, plafon, kusen, rangka atap, sanitasi, instalasi listrik, keramik, sampai pengecatan semua ada tarifnya. Misalnya saja upah harian tenaga pekerja membangun rumah sekitar Rp 100 ribu – Rp 150 ribu per hari.
Sedangkan upah borongan jasa dihitung berdasarkan luas lahan yang akan dibangun, yaitu mencapai Rp 600 ribu – Rp 800 ribu per meter persegi. Upah borongan penuh pada prinsipnya sama dengan upah borongan jasa.
Biasanya kontraktor akan menawarkan sistem borongan penuh bila pemilik rumah tidak ingin repot berbelanja material sendiri. Tarifnya mencapai Rp 3 juta – Rp 5 juta per meter persegi. Kamu perlu memilih pekerja yang profesional untuk menangani proses pembangunan rumah.
3. Survei Harga Bahan Bangunan
Biaya bahan bangunan menjadi salah satu faktor yang membuat biaya bangun rumah tidak sesuai dengan anggaran yang sudah rencanakan. Faktor inilah yang menjadi penyebab dana yang sudah dianggarkan menjadi minus atau kurang.
Oleh sebab itu, sebelum membeli bahan bangunan yang dibutuhkan survei terlebih dahulu. Biasanya toko-toko bangunan punya harga material yang sangat bervariatif. Biasanya harga satu toko dengan yang lainnya berbeda-beda.
Bisa jadi harga semen di toko A lebih murah dari toko B. Tapi harga keramik di toko B masih lebih murah dibandingkan toko A. Tidak perlu sungkan untuk keluar masuk ke beberapa toko bangunan dan melakukan riset harga. Jangan lupa pertimbangkan juga total biaya yang kamu butuhkan untuk melakukan riset harga ke satu toko ke toko lain.
Disisi lain, memilih toko bangunan yang jaraknya hampir dekat dengan TKP meskipun toko B lebih murah harga meterialnya namun karena toko A dekat TKP dan biaya antar nya jadi lebih murah bisa jadi total biaya yang dikeluarkan akan sama.
4. Pilih Bahan yang Kelas 1
Kamu tentu tidak ingin bila sudah jadi fisik rumahnya tapi harus bolak-balik ganti keran karena kualitasnya jelek. Lebih baik beli yang kualitasnya kelas 1 sekalian agar tidak lagi menggantinya selama 3 bulan sekali.
Ingin irit sekarang sudah banyak bahan bangunan lokal yang tak kalah berkualitas. Jadi, tidak perlu memakai semua material produksi luar negeri yang harganya relatif mahal.
Bahan bangunan lokal biasanya mempunyai harga yang cukup terjangkau dibandingkan produk luar negeri. Jadi, Anda bisa menghemat biaya yang lumayan jika menggunakan produk dalam negeri.
Baca juga: Anda Harus Tahu, Beda Apartemen, Condotel, Dan Rumah Susun
5. Gunakan Desain Rumah Minimalis
Tidak cuma karena sedang tren, tapi desain rumah minimalis emang punya banyak kelebihan. Salah satu ciri konsep rumah minimalis adalah membuat sebuah ruangan menjadi multifungsi. Misalnya, ruang dapur bisa sekaligus jadi ruang makan.
6. Bangun Secara Bertahap
Jika budget untuk membangun biaya rumah yang kamu miliki terbatas tidak sampai proses finishing. Maka sebaiknya bangun rumah secara bertahap, bisa dimulai dari pondasi, pendirian bangunan, pemasangan atap dan keramik hingga finishing.
Tidak perlu menunda membangun rumah karena biaya yang terbatas, cari ini juga bisa digunakan. Banyak sebagian pasangan yang memakai cari ini dan terbukti ampuh untuk menekan pengeluaran, sehingga tidak akan menguras kantong kamu.
Membangun rumah memang tidak semudah yang dibayangkan dan biaya membangun rumah yang dibutuhkan pun tidak murah. Kamu perlu bekerja keras untuk menyiapkan semua biaya bangun rumah secara khusus untuk mewujudkan mimpi memiliki istana sendiri. Mending bila belum bisa mewujudkannya bisa sewa apartemen saja.