Pahami Apa Itu JOMO, Istilah Baru Pengganti FOMO

by

|

|

,
jomo adalah

JOMO adalah istilah yang kini makin populer digunakan masyarakat modern. Kalau Anda sudah familiar dengan istilah FOMO, maka bisa dibilang istilah JOMO adalah kebalikannya. Lalu, apakah yang dimaksud dengan JOMO? Bagaimana cara agar dapat merasakan JOMO? Simak penjelasannya berikut ini!

Apa Itu JOMO?

jomo adalah
(Sumber: freepik)

JOMO merupakan singkatan dari Joy of Missing Out. Istilah ini menggambarkan kondisi ketika Anda merasa senang, tenang, dan tidak cemas ketika Anda melewati suatu kegiatan, aktivitas, atau kebiasaan yang sedang trending. JOMO berarti Anda merasa puas dengan apa yang Anda miliki dan Anda lakukan saat ini.

Dengan JOMO, diam di rumah sekalipun bisa membuat Anda tetap bahagia, apalagi kalau hunian Anda sudah memenuhi segala kebutuhan Anda, seperti yang bisa Anda temukan pada hunian modern. Hunian masa kini seperti apartemen telah dilengkapi fasilitas lengkap, mulai dari gym, kolam renang, ruang terbuka hijau, supermarket, hingga rooftop garden dan balkon di setiap unit. Anda bisa sewa apartemen dengan spesifikasi demikian dengan mudah melalui Jendela360.

Meskipun JOMO memang lebih menguntungkan orang yang cenderung introvert, namun bukan berarti orang ekstrovert tidak bisa merasakan JOMO. JOMO bukan berarti tidak melakukan apapun setelah melewati aktivitas yang tidak diinginkan. Justru, Anda bisa melakukan aktivitas lain yang lebih Anda senangi seperti piknik di taman bersama teman terdekat, pergi menonton film di bioskop, ataupun kegiatan lainnya.

Anda mungkin juga suka: 8 Rekomendasi Taman Rekreasi Di Jakarta, Gratis Biaya Masuk

Perbedaan JOMO dengan FOMO


(Sumber: freepik)

Seperti yang bisa Anda lihat dari singkatannya, JOMO sangat berkebalikan dengan FOMO atau Fear of Missing Out. FOMO merupakan perasaan ketika Anda khawatir dan cemas apabila tidak bisa mengikuti sebuah kegiatan atau aktivitas tertentu. Berbeda dari JOMO, orang dengan perasaan FOMO tidak merasakan kepuasan diri sebelum dirinya memenuhi apa yang diinginkannya.

Kemunculan FOMO sebenarnya disebabkan oleh berbagai faktor sosial. Keinginan untuk berinteraksi dan merasa menjadi bagian dari sesuatu merupakan insting alami manusia. Maka, ketika hal ini tidak terpenuhi, seseorang akan berusaha memenuhinya sehingga muncul perasaan FOMO. Media sosial juga memiliki pengaruh besar dalam membuat seseorang merasa FOMO.

Meskipun bukan merupakan sebuah penyakit mental, namun FOMO dapat memicu gangguan mental lain seperti depresi, gangguan kecemasan, dan lain-lain. Karena itu, JOMO pun muncul untuk menangkal kebiasaan merasa FOMO.

Menurut psikolog dari Amerika—Susan Albers, PsyD—membiasakan merasa JOMO dapat membantu melatih Anda untuk lebih fokus terhadap hal-hal yang ingin Anda lakukan, bukan hal-hal yang terpaksa Anda lakukan.

Dengan JOMO, Anda tidak perlu merasa tertekan dan bersalah ketika tidak menghadiri acara pernikahan teman sekolah, pesta ulang tahun, atau gathering kantor. JOMO membantu Anda lebih jujur pada diri sendiri tentang apa yang sebenarnya ingin Anda lakukan.

Manfaat JOMO

jomo adalah
(Sumber: freepik)

Kebiasaan untuk merasa JOMO dapat memberikan berbagai manfaat, baik secara psikologis maupun secara sosial. Beberapa manfaat JOMO yang bisa Anda rasakan adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan Produktivitas

Dengan melewatkan aktivitas yang sebenarnya tidak ingin dilakukan, Anda bisa lebih fokus pada kegiatan yang lebih ingin Anda lakukan, seperti membersihkan rumah, membaca buku, atau kegiatan apapun yang menurut Anda lebih menyenangkan.

2. Mengurangi Risiko Depresi dan Anxiety

Akibat dari FOMO yang paling jelas adalah depresi dan anxiety atau gangguan kecemasan. Membiasakan JOMO bisa mengurangi risiko tersebut. Melewati suatu event tertentu tidak menimbulkan rasa cemas sehingga Anda lebih merasa puas dengan apa yang ada.

3. Mengembalikan Koneksi dengan Diri Sendiri

Salah satu manfaat JOMO adalah mengembalikan koneksi Anda dengan diri sendiri. Ketika merasa FOMO, tanpa disadari, Anda akan mencari validasi dari orang lain. Keinginan pribadi pun cenderung lebih diabaikan. Anda merasa tertekan untuk melakukan sesuatu agar mendapat pengakuan, sedangkan hal yang sebenarnya ingin Anda lakukan terabaikan.

Dengan membiasakan JOMO, Anda bisa belajar untuk lebih mementingkan keinginan diri sendiri. Membuat orang lain senang bukan tugas Anda dan yang paling bisa membuat diri Anda senang adalah diri Anda sendiri.

4. Belajar untuk Mengatakan “Tidak”

Bagi sebagian orang, melakukan penolakan atau mengatakan “tidak” adalah hal yang berat. Hal ini erat kaitannya dengan people pleaser, seseorang yang memprioritaskan keperluan orang lain di atas keperluannya sendiri karena takut orang tersebut akan tidak suka ketika ia menolaknya.

Mengatakan “tidak” bukan berarti Anda memutus hubungan secara total dengan orang tersebut. Anda hanya lebih mementingkan keperluan pribadi terlebih dahulu.

5. Lebih Menikmati Waktu

Siapapun pasti lebih dapat menikmati waktu dengan baik ketika melakukan hal yang diinginkannya. Karena itu, dengan memilih untuk melakukan kegiatan yang Anda inginkan dibandingkan dengan hal yang terpaksa Anda lakukan, Anda bisa menghargai waktu yang dihabiskan secara lebih baik.

Cara Mengubah FOMO Menjadi JOMO


(Sumber: freepik)

Nah, agar Anda bisa berhenti merasa FOMO dan beralih menjadi JOMO, Anda bisa mengikuti cara dan tips berikut ini.

1. Lakukan Digital Detox

Melakukan digital detox untuk mengurangi menggunakan media sosial dapat menjadi salah satu cara paling ampuh untuk merasakan joy of missing out. Dengan tidak melihat unggahan semua orang yang ada di media sosial, Anda tidak terus-terusan merasa tertekan untuk menyamakan kehidupan Anda dengan orang lain.

Selain mengurangi akibat yang ditimbulkan FOMO, digital detox juga memiliki manfaat lain, seperti memperbaiki kualitas tidur, meningkatkan attention span, dan lebih sadar dengan lingkungan sekitar.

Baca juga: Digital Detox: Cara Kurangi Screen Time agar Bebas dari Stress

2. Buat Batasan yang Lebih Sehat

Keinginan untuk tidak ketinggalan momen bersama teman atau merasakan makan di tempat viral memang wajar. Namun, jika keinginan ini terus-menerus dikabulkan, Anda akan merasa ketinggalan dan bersalah ketika melewatinya. Padahal, tidak selalu menuruti datang ke suatu acara atau mengikuti trending di media sosial pun tidak masalah.

Sebenarnya, melakukan hal-hal tersebut pun tidak masalah. Hanya saja, sisakan juga ruang untuk menyenangkan diri Anda sendiri.

Perlu diingat juga bahwa mementingkan kepentingan diri sendiri bukan berarti tidak peduli dengan orang lain sama sekali. Anda hanya harus lebih cerdas dalam memberikan batasan antara apa yang perlu Anda prioritaskan terlebih dahulu. Terus-terusan memprioritaskan keinginan diri sendiri juga tidak baik dan justru dapat merusak hubungan Anda dengan orang lain.

3. Luangkan Waktu dengan Orang Terdekat

Merasakan JOMO bukan berarti Anda harus menghabiskan waktu sendirian. Justru, Anda bisa menghabiskan waktu dengan mempererat kembali hubungan dengan keluarga atau teman terdekat. Tidak perlu melakukan acara besar, melakukan jalan-jalan di taman, barbecue, atau aktivitas sederhana lainnya pun sudah cukup.

Meluangkan waktu bersama orang terdekat tidak hanya membuat hubungan menjadi lebih erat, tetapi juga membuat Anda lebih menghargai apa yang telah Anda miliki di sekitar Anda.

4. Slow Living

Slow living adalah gaya hidup yang mementingkan kualitas hidup dengan menjalaninya secara lebih santai, namun lebih bermakna. Konsep ini mengajarkan untuk lebih menghargai sekitar tanpa terburu-buru untuk mencapai sesuatu.

Konsep slow living sangat sejalan dengan joy of missing out. Agar Anda bisa merasakan bahagianya melewatkan sesuatu, cobalah menerapkan gaya hidup slow living.

5. Gak Ngapa-ngapainGak Produktif

Tidak punya banyak kegiatan bukan berarti Anda tidak produktif. Anda tidak perlu memaksakan diri untuk ikut berbagai macam kegiatan hanya agar Anda merasa produktif. Menghabiskan waktu dengan lebih tenang seperti menonton TV atau membaca buku seharian tidak perlu membuat Anda merasa bersalah karena sudah membuang-buang waktu.

Self care bukan berarti bermalas-malasan. Menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan yang Anda suka bukan membuang-buang waktu.

6. Lakukan Karena Anda Mau, Bukan Karena Tertekan

Pada dasarnya, menuruti ajakan teman untuk mengikuti suatu kegiatan, melakukan aktivitas yang sedang banyak digandrungi orang lain, atau datang ke tempat yang sedang viral di media sosial tidak masalah. Akan tetapi, penting untuk menanamkan pada diri bahwa Anda melakukannya karena Anda ingin, karena kegiatan tersebut menyenangkan, dan bukan karena Anda merasa tertekan dan takut ketinggalan dari orang lain.

7. Pertimbangkan untuk Mencari Pertolongan Profesional

Apabila rasa cemas dan depresi ketika Anda melewatkan sesuatu sudah tidak dapat terbendung, cobalah untuk mencari pertolongan profesional. Luangkan waktu untuk berkonsultasi dengan psikolog agar gejala yang Anda rasakan tidak semakin parah.

Kesimpulan

Merasa tidak ingin ketinggalan dengan apa yang dilakukan orang lain sangat valid. Terlebih lagi di dunia modern di mana segala halnya dapat dilihat hanya melalui media sosial, membandingkan diri Anda dengan orang lain pasti tidak terelakkan.

Karenanya, Anda perlu untuk membuat batasan yang sehat, belajar untuk mengatakan tidak, dan merasakan kebahagiaan dengan apa yang telah dimiliki di sekitar Anda.

Artikel Lainnya